Jumat, 28 November 2008

Sinopsis Cerita
Moga Bunda Disayang Allah
Pada suatu hari, ada seorang anak perempuan yang bernama Melati. Ia sekarang sudah berumur 6 tahun. Tapi sayang, ia sampai sekarang belum bisa berbicara. Membedakan ayah dan bundanya ia tak bisa, bahkan membedakan mana sendok dan garpu pun ia tak tahu. Ia juga suka melempari barang-barang yang dapat dijangkaunya.
Ya, Melati mengalami suatu kelainan. Kemampuannya yang terbatas itu disebabkan oleh suatu kecelakaan yang tak terduga. Kecelakaan itu terjadi saat melati berumur 3 tahun. Ketika Melati, Ayah, Bunda, dan seluruh pembatunya berlibur disebuah pantai, Melati bersama Ayah dan Bundanya sedang bermain lempar piring-piringan, meta melati terkena benda itu. Melati pun jatuh terduduk. Tapi setelah ia Jatuh, Melati jadi sering terjatuh saat ia berjalan. Setelah diperiksakan ke Dokter Ryan, Melati ternyata buta. Tidak lama kemudian, setelah Melati mengalami kebutaan, ia ternyata juga tuli, dan kemudian ia mengalami gangguan ingatan. Jadi Melati sekarang sudah tidak ingat lagi apa yang sudah dipelajarinya selama 3 tahun.
Berbagai cara sudah di coba oleh Ayah dan Bundanya. Dari mulai memanggil peskiater biasa hingga memanggil tim dokter dari luar negeri sudah di lakukannya. Tetapi sayang, semuanya gagal. Tak ada kemajuan dari Melati. Tetapi Ayah dan Bundanya tak berputus asa, mereka mencoba memanggil seeorang pemuda yang bernama Karang. Pemuda itu dikenalnya dari Kinarsih, putri Dokter Ryan. Karang dan Kinarsih memang teman baik. Mereka sama-sama mendirikan sebuah taman bacaan untuk anak-anak kurang mampu di jalanan.
Karang adalah seeorang pemuda yang dulunya hanyalah anak jalanan. Kemudian ia di asuh oleh sebuah keluarga. Mulai dari saat itu, Karang meraih prestasi setinggi-tingginya. Ia pun sukses dalam membuka taman bacaan yang dikelola olehnya. Sekarang taman bacaan itu sudah mempunyai banyak cabang. Dan satu hal yang sangat dalam dirinya, ia sangat menyayangi anak-anak.
Namun suatu hal buruk terjadi pada Karang. Saat ia melakukan study tour di sebuah kapal di atas laut, terjadilah sebuah badai yang sangat besar sehingga kapal yang mereka naiki itu terbalik. Seorang anak kecil perempuan yang bernama Qintan itu akhirnya tak bisa terselamatkan. Anak itu pergi bersama 18 anak lainya yang bernasib sama seperti Qintan. Jumlah anak-anak yang selamat itu hanya 12 orang. Sedangkan yang meninggal ada 18 orang. Mengetahui hal itu Karang menjadi frustasi. Semangatnya selama ini pun luluh. Hidupnya 3 tahun terakhir ini pun hancur. Ia hanya tidur dan bermabuk-mabukan saja sehari-harinya.
Namun hari-harinya yang menyedihkan itu hilang saat Bunda Melati memohon pada Karang supaya mendidik Melati supaya bisa berkenalan dengan dunia ini walaupun dengan keterbatasannya. Awalnya Karang menolak tawaran tersebut. Tetapi, akhirnya ia mau mengajarkan Melati.
Pengajaran itu pada awalnya dilakukanya dengan sangat keras dan disiplin. Dan satu minggu itu di rumah mewah Ayah dan Bunda Melati terdengar jeritan Melati dan teriakan-teriakan Karang. Karang mengajarkan Melati bagaimana cara makan dengan sendok. Melati tidak mau. Ia protes dengan cara teriak-teriak dan sselelu menghindar dari Karang.
Satu minggu pun berlalu. Tapi tak ada perubahan. Ayah Melati kini mau berangkat ke Jerman karena ada tugas selama 3 minggu. Dan ketika Ayah Melati usdah pergi dan Bundanya menemaninya makan, ternyata Melati sudah bisa makan menggunakan sendok. Alangkah bahagianya hati Bunda. Bunda lalu mengizinkan Karang untuk tinggal 3 minggu lagi untuk mengajarkan Melati hal-hal lainnya.
Hari demi hari pun berjalan cepat. Dan akhirnya satu minggu pun berlalu. Kini Melati sudah bisa makan menggunakan sendik dan duduk di atas kursi ssendiri. Di akhir minggu kedua, Melati sudah mulai mengerti kalau semua benda itu tidak untuk si lempar. Dan ketika ayahnya pulang, Malati sudah bisa membedakan mana Ayah dan mana Bunda. Akhirnya Melati pun bisa mengerti ini itu dengan telapak tanganya karena buta dan tuli. Akhirnya Melati bisa berkomunikasi dengan lawan bicaranya dengan metode Tadoma yang mengetahui ucapan dengan memegang lehernya atau bibirnya.



Lain-Lain
Penerbit : Republika - Jakarta
Penulis : Tere-Liye
Percetakan : Tema Printing
Cetakan ke- : IV
Tahun Dicetak : 2008
Jumlah Halaman : 252 Halaman






Nama Tokoh dan Wataknya

No
Nama Tokoh
Watak/Sifatnya
1.
Melati
Tidak mudah menyerah, selalu ingin tahu, tidak mengeluh walau ia cacat.
2.
Bunda HK
Penyabar, baik hati, penyayang, pemaaf.
3.
Ayah/Tuan HK
Baik, Penyayang, Gampang marah, berbuat sesukanya sendiri.
4.
Karang
Baik, Semangatnya kuat, terlalu menyalahkan diri sendiri.
5.
Kinarsih
Baik hati, Pemalu, Pintar.
6.
Dr.Ryan
Baik hati, penyayang, sabar.
7.
Salmah
Panikan, suka iri, tidak tegaan, baik, pelupa.
8.
Qintan
Mempunyai semangat yang kuat, baik, selelu ingin tahu.
9.
Mang Jeje
Lugu, baik, sabar.
10.
Ibu-ibu gendut
Baik hati, penyabar, Memotivasi.
11.
Tya
Tidak sabar & Pembohong

Alasan Memilih Cerita “Moga Bunda Disayang Allah”
Alasan saya memilih cerita “Moga Bunda Disayang Allah” karena cerita ini begitu bermakna dan memberi pesan moral yang amat banyak. Buku ini juga dapat memberikan kita ilmu yang berguna untuk kehidupan kita di masa yang akan darang. Novel ini mengajarkan kita supaya jangan berputus asa, harus yakin dengan kemampuan diri sendiri, harus penyabar, jangan suka menyalahkan diri sendiri, jangan mudah menyerah, kita pasti bisa kalau kita mau mencoba, dan lain sebagainya. Begitu banyak moral yang terkandung dalam Novel ini, jadi saya memilihnya.







Tentang Tokoh-Tokoh

- Tokoh Favorit : Bunda HK
- Alasan : Karena Bunda HK sangat sabar menghadapi dan menerima takdirnya sebagai ibu dari seeorang anak yang buta serta tuli. Bunda HK juga dengan sangat sabar mengurus dan menjaga Melati dengan kasih sayang.


Kelanjutan Kisah

- Tokoh yang saya pilih untuk diteruskan jalan ceritanya adalah Karang. Alasanya adalah karena Karang sebenarnya mempunyai jalan kehidupan yang baik. Tetapi karena ia terlalu menyalahkan dirinya sendiri, ia jadi frustasi.


Jika saya menjadi Karang saya tidak akan putus asa hanya karena kejadian kapal tenggelam itu. Justru dengan adanya kejadian itu saya akan belajar tentang suatu pelajaran berharga, yaitu jika kita sedang melakukan sesuatu harus di cek baik-baik. Haruss di cek juga tentang keamananya. Dan saya juga akan mematuhi orang tua kita, tidak hanya ibu atau ayah kita, tetapi semua orang yang berkata benar. Saya usahakan saya tidak akan meremehkan orang lain. Dan saya akan mengajarkan Melati dengan cara belajar yang lembut, tidak denggan kekerasan.